Skip to content

Posts tagged ‘change management’

TDL22: Menjawab dengan Bertanya

: Serial Insert The Dancing Leader

Saya pernah menyaksikan bagaimana seorang karyawan yang diangkat menjadi pimpinan sebuah organisasi. Dia tiba-tiba sering menyuruh bawahannya. Tanpa diskusi langsung mengambil sebuah keputusan. Benar saja, semua orang keberatan akan keputusan itu tapi hanya berani mengeluh di belakangnya. Mungkin dia masih perlu belajar arti menjadi pemimpin. Read more

TDL21: Bermain itu Bekerja

: Serial Insert The Dancing Leader

Apa artinya bekerja? Teman saya menjawab, bekerja itu adalah melakukan apa yang harus kita lakukan alias menjalankan perintah. Heh masak sih? Kalau mau jujur itulah jawabannya. Semua waktu kita di kantor habis untuk menjalankan apa yang harus kita lakukan. Kita dilarang kan untuk bersenang-senang di kantor. Jangankan bersenang-senang, facebook saja diblokir. Bagaimana menurut anda?

Banyak dari kita memaknai kerja sebagai menjalankan keharusan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan. Apabila target tercapai, maka kita akan mendapat reward sebagai apresiasi atas upaya kita. Pola ini merupakan peninggalan era revolusi industri, sebagaimana tercermin dari pernyataan Henry Ford: Ketika kita sedang bekerja kita harus bekerja. Ketika sedang bermain kita harus bermain. Tak ada gunanya mencampur keduanya”.

Sayangnya, pola itu terus berulang dan berubah menjadi mekanis. Kita tenggelam dalam pola itu, seolah-olah pola itu yang harus dilakukan. Apa dampaknya? Kita kehilangan kreativitas dalam bekerja. Kita bekerja seolah sebuah robot. Kehilangan keluwesan dalam menghadapi perubahan. Penurunan daya adaptasi terhadap hal atau orang baru. Dampak ini menyulitkan kita menghadapi kompetisi yang semakin ketat dan perubahan dinamis yang terjadi.

Dalam jaman globalisasi 3.0, perusahaan dotcom semisal Google sadar pentingnya keseimbangan bekerja dengan bermain. Bekerja yang mengasah otak kiri, bermain yang mengasah otak kanan. Berbagai fasilitas bermain dan bersenang-senang disediakan di kantor Google. Perusahaan yang lain menyediakan 30% waktu karyawannya untuk mengerjakan proyek pribadi, proyek yang ingin dilakukannya. Semuanya itu tujuannya menciptakan kegembiraan dalam bekerja. Bermain itu bekerja, berkonstribusi terhadap pekerjaan dengan cara yang berbeda.

Menjadi The Dancing Leader menggunakan seluruh kapasitas dirinya dalam memainkan tarian perubahan. Ia bekerja sekaligus bermain. Ia serius sekaligus bergembira. Dengan bermain, ia mendapatkan ide segar yang inovatif. Dengan bekerja, ia mengeksekusi ide-ide tersebut.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan anda, “Kapan anda bermain penuh kegembiraan yang berkonstribusi positif pada pekerjaan?”

Ikuti terus dengan follow @bukik di twitter

Bukik.com bekerja sama dengan Trijaya FM Surabaya
akan menyiarkan insert
The Dancing Leader
mulai Senin 4 Oktober selama satu bulan
Ingat, setiap 18.45 atau 19.00 WIB
stay tune on Trijaya FM 104.7
Buat rekan-rekan luar Surabaya
Ikuti streamingnya di http://radiotrijaya.co.id
Jangan lupa masukkan reminder

TDL17: Tanpa matahari, terlihat bintang

: Serial Insert The Dancing Leader

Saya pernah diminta untuk memfasilitasi sebuah pertemuan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan mendesaknya sebuah perubahan. Sebelum pertemuan, sang direksi mengeluhkan tentang para manajernya yang tidak berani berinovasi. Saya simak dan jadikan keluhan itu sebagai pengayaan wawasan dalam memfasilitasi pertemuan.

Apa yang terjadi dalam pertemuan. Sang direksi mendominasi jalannya pertemuan. Direksi menjadi orang yang paling banyak bicara. Berkali-kali meminta bawahannya untuk mengajukan ide. Para bawahan lebih memilih diam. Ketika ada satu orang yang menyampaikan ide, langsung dibantah dengan argumentasi yang kuat.

Saya jadi ingat dengan metafor “Tanpa matahari, terlihat bintang”. Matahari mewakili segi dominan dari suatu hal, situasi, keadaan, orang, maupun pendekatan. Semisal, orang yang mendominasi kelompok, cara lama dalam menyelesaikan persoalan, bumbu yang menenggelamkan bumbu yang lain. Sementara bintang mewakili yang kurang nampak, kurang menonjol.

Cara dominan ibarat matahari yang begitu terang benderang. Adanya matahari akan menyulitkan kita melihat bintang. Tanpa ada matahari, kita akan melihat bintang. Penemuan cara atau ide baru bisa jadi adalah menyingkapkan apa yang sudah ada selama ini tetapi tertutup oleh terangnya matahari.

Seorang The Dancing Leader bukan matahari, bukan pula bintang. Ia adalah matahari sekaligus bintang. Dalam pagelaran tari, seorang The Dancing Leader sadar kapan berperan sebagai matahari, kapan lebih baik menjadi bintang. Ia percaya diri menjadi matahari dan sekaligus sabar menyingkap terangnya bintang.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan anda, “Apa yang dominan dalam situasi yang anda hadapi saat ini? Apa yang berubah ketika sisi dominan itu diabaikan? Apa bintang yang terlihat terang?”

Ikuti terus dengan follow @bukik di twitter

Bukik.com bekerja sama dengan Trijaya FM Surabaya
akan menyiarkan insert
The Dancing Leader
mulai Senin 4 Oktober selama satu bulan
Ingat, setiap 18.45 atau 19.00 WIB
stay tune on Trijaya FM 104.7
Buat rekan-rekan luar Surabaya
Ikuti streamingnya di http://radiotrijaya.co.id
Jangan lupa masukkan reminder

TDL19: Berselancar ditengah Ketidakpastian

: Serial Insert The Dancing Leader

Ada cara menarik yang dilakukan sebuah organisasi ketika mereka menghadapi persoalan yang timbul. Ketika ada persoalan mereka cenderung menyelesaikan dengan membuat aturan tambahan. Ketika ada kasus khusus maka dibuat aturan khusus yang mengecualikan ketentuan umum. Apakah anda terbayang akibatnya?

Kekhawatiran dalam diri kita akan ketidakpastian mendorong kita berupaya memastikan segala sesuatu, termasuk diantara membuat aturan. Adanya aturan membuat kita bisa memastikan orang melakukan tindakan tertentu dan tidak melakukan tindakan lainnya. Dengan aturan kita mengontrol  situasi ketidakpastian. Itulah kekuatan aturan.

Tapi kekhawatiran akan ketidakpastian membuat kita lupa akan sisi lain dari aturan. Aturan yang semakin banyak akan membuat potensi orang terkekang. Semakin banyak aturan akan semakin mematikan inisiatif. Semakin banyak aturan semakin besar kemungkinan lahir kontradiksi, celah, dan kerumitan.

Sayangnya, kecenderungan umum yang terjadi, semakin besar organisasi maka semakin rumit pula aturannya. Semakin besar organisasi semakin lupa sejarah bahwa mereka lahir karena adanya tindakan untuk memngoptimalkan peluang, bukan karena aturan. Dee Hock, pendiri Visa menyimpulkan, 50% energi kita habiskan untuk mengurusi birokrasi organisasi kita sendiri. Kecenderungan membuat organisasi seolah seperti orang yang terjerat dalam belitan tali yang membuatnya tak bisa banyak bergerak.

Menjadi The Dancing Leader itu mengasah kapasitas untuk mengelola kecemasan akan ketidakpastian. Ketika menghadapi ketidakpastian, ia tidak berubah menjadi penunggang kuda binal yang hilang akal dan akan melakukan apa saja.

Menjadi The Dancing Leader berarti berdamai dengan kecemasan akan ketidakpastian. Ia menahan diri untuk tidak mengontrol situasi melalui aturan. Ia tetap yakin dengan kapasitas positif dirinya. Ia menerima ketidakpastian sebagai sebuah gelombang yang perlu dihadapi. Menjadi The Dancing Leader akhirnya adalah menjadi peselancar yang meluncur diatas gelombang ketidakpastian.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan anda, “Kapan anda merasakan kerumitan aturan yang membuat hal simpel menjadi kompleks? Apa yang bisa dilakukan agar organisasi fokus pada misinya?”

Ikuti terus dengan follow @bukik di twitter

Bukik.com bekerja sama dengan Trijaya FM Surabaya
akan menyiarkan insert
The Dancing Leader
mulai Senin 4 Oktober selama satu bulan
Ingat, setiap 18.45 atau 19.00 WIB
stay tune on Trijaya FM 104.7
Buat rekan-rekan luar Surabaya
Ikuti streamingnya di http://radiotrijaya.co.id
Jangan lupa masukkan reminder

TDL20: Berubah itu diam

: Serial Insert The Dancing Leader

Perhatikan bagaimana seekor ulat berubah menjadi kepompong. Kepompong adalah fase diam yang menjadi transisi perubahan ulat menjadi bentuk baru yang indah, seekor kupu-kupu. Hanya dengan diam menjadi kepompong maka ulat dapat berubah menjadi kupu-kupu.

Dalam kenyataannya, kita yang bekerja begitu sulit untuk diam. Semua sibuk. Semua orang mengejar target. Semua orang berusaha segera menyelesaikan persoalan. Bahkan ketika mengikuti kelas-kelas training, banyak orang hadir tetapi pikirannya tetap di pekerjaan. Tak jarang di tengah training, orang menelepon atau sms untuk memberitahukan pesan kepada rekan bisnisnya. Kita adalah ulat-ulat yang bergerak rakus menghabiskan dedaunan.

Akibatnya, kelas training tidak berjalan secara efektif. Bisa jadi materi tersampaikan tetapi kehilangan konteks aplikasi materi itu. Ada berbagai kelas training tetapi tidak berdampak pada kinerja. Kita lebih suka mencapai target sehingga mendapat umpan balik langsung berupa apresiasi. Persis seperti ulat yang memakan daun untuk segera mengeyangkan perutnya.

Perubahan itu diam. Perubahan bukan semata-mata melakukan aktivitas baru atau menambah jumlah aktivitas lama. Perubahan itu berada pada fase diam untuk merefleksikan cara kerja kita. Refleksi yang memungkinkan kita mengidentifikasi praktek-praktek baik yang perlu dipertahankan, sekaligus memberi kita kesempatan untuk menciptakan praktek inovatif.

Menjadi The Dancing Leader berarti mendengarkan irama kerja dalam organisasi dan merasakan perasaan orang-orang disekitarnya. Ia sadar akan  momentum untuk bergerak sebagaimana sadar momentum untuk diam. Ia sadar dengan memaksakan perjalanan hanya akan semakin melelahkan. Ia memberi kesempatan pada diri dan orang lain untuk melakukan proses belajar bersama. Sebuah circle learning, diam, refleksi, mengenali praktek terbaik dan menciptakan praktek inovatif.

Tanyakan pada diri sendiri dan rekan anda, “Kapan terakhir kali anda mengalami circle learning, diam, refleksi dan belajar bersama untuk melakukan perubahan inovatif?”

Ikuti terus dengan follow @bukik di twitter

Bukik.com bekerja sama dengan Trijaya FM Surabaya
akan menyiarkan insert
The Dancing Leader
mulai Senin 4 Oktober selama satu bulan
Ingat, setiap 18.45 atau 19.00 WIB
stay tune on Trijaya FM 104.7
Buat rekan-rekan luar Surabaya
Ikuti streamingnya di http://radiotrijaya.co.id
Jangan lupa masukkan reminder

TDL16: Sungai itu sama juga beda


: Serial Insert The Dancing Leader

Kebiasaan itu candu. Kebiasaan itu menyenangkan, sehingga begitu menyenangkannya kita mempertahankannya, mirip seperti orang kecanduan. Ketika awal bekerja, kita masuk dengan penuh ketakjuban dan antusiasme mempelajari segala sesuatu. Kita mendapatkan pelajaran-pelajaran penting pada tahun-tahun pertama. Entah tahun pertama sebagai karyawan, sebagai manajer, sebagai direktur, maupun sebagai pebisnis. Read more

TDL15: Berani Dianggap Aneh

Read more

TDL14 : Psikologi Kodok

Read more

TDL12: Bersabar mengenali Pola


Read more

TDL11: Temukan pola perubahan


Read more